Apakah anak Anda sering berbicara yang bukan-bukan, tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan seperti anak seusianya? Jangan buru-buru menganggapnya abnormal, cacat, atau tengah berhalusinasi. Bisa jadi, itu pertanda indigo.
Menurut Siti Aisyah, praktisi pendidikan luar biasa, banyak orang tua anak indigo tidak memahami kalau putra atau putrinya memiliki keistimewaan tersebut.
Bahkan, “Ada beberapa anak indigo yang bunuh diri karena ditangani secara salah oleh orang tua dan lingkungannya,” ungkap Pertiwi Purnamaratri, ibu dari Pranaya Sinang Widhi, anak indigo berusia 8 tahun.
Bukan hanya kekurangpahaman dari internal keluarga dan lingkungan, sistem pendidikan Indonesia juga tidak mempedulikan anak-anak dengan kebutuhan spesial ini.
Menurut Pertiwi, pada dasarnya anak indigo tidak mau digurui. Sejak kecil mereka memiliki kelebihan istimewa. Bisa dibilang, mereka anak ajaib, terlalu cerdas, bahkan berkekuatan supranatural.
Akibatnya, ketika harus belajar di sekolah formal, banyak anak indigo yang mengalami kesulitan. Kalaupun ada yang bisa beradaptasi, sebenarnya mereka menghadapi persoalan.
Kenyataan itulah yang mendorong Alika Chandra, 45 tahun, merancang sekolah khusus untuk anak indigo. Namanya Sekolah Khusus ‘i Indigo’, bertempat di lantai satu Sports Mall di Jalan Raya Kepala Nias, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Alika dibantu Aisyah, yang menjadi ketua umum sekolah itu. Dia juga mendapat dukungan dari dokter Erwin Kusuma, SpKJ (K), psikiater anak sekaligus ahli indigo. Pencanangan sekolah ini telah direstui Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo.
Indigo merupakan bagian dari lembaga Satu Kata (Media Edukasi dan Komunikasi Seni Budaya) yang berdiri sejak Desember 2007. Ke depan, Alika bercita-cita menjadikan i Indigo sebagai sekolah reguler bagi anak indigo.
“Di sekolah ini, kami bukan menjadi guru yang mengajari. Kami hanya menjadi teman belajar mereka,” Alika menjelaskan.
Sistem pendidikan yang dikembangkan di sekolah ini, dia melanjutkan, hanyalah mewadahi apa yang diinginkan oleh anak-anak indigo. Inilah yang membedakannya dengan sekolah formal yang terkadang kaku.
“Kalau ada yang mau pulang saat itu juga, kami biarkan. Syarat menangani anak indigo bukan memaksanya, melainkan memberi pengertian penuh,” ujar Alika.
Dalam pengalaman Alika, anak indigo tidak akan mempelajari yang mereka sudah bisa. Hal itu juga dialami Pertiwi, 45 tahun, dalam mengasuh putrinya, Pranaya.
“Berbagai kelebihan yang mereka miliki membuat mereka bosan dengan sekolah formal. Mereka merasa sudah mengetahui apa yang dibicarakan guru,” tandas ibu kelahiran Malang ini kepada Tempo Gading, Sabtu pekan lalu.
Setiap hari, Pranaya sekolah di sekolah formal. “Saya ingin ia berproses seperti anak-anak lain,” ujar ibu yang berprofesi sebagai arsitek itu.
Di i Indigo, sementara ini kegiatan hanya berlangsung pada hari Jumat dan Sabtu. Sifatnya masih uji coba. Selain belajar bersama pelajaran sekolah, kebanyakan diisi dengan kegiatan nonkurikuler.
“Sudah 10 orang yang bersekolah di sini,” ujar Alika. Lima di antaranya adalah warga Kelapa Gading. “Kami masih mencari bentuk kurikulum,” ujar Aisyah sebagai perancang kurikulum. Tapi, dia melanjutkan, dalam bayangannya kelak ada pelayanan bagi anak indigo yang tak bermasalah. Bagi yang sulit diatur, akan disediakan terapi dan home schooling. THOWAF ZUHARON
Apa itu Indigo?
Berasal dari bahasa Spanyol yang berarti ‘nila’–kombinasi warna biru dan ungu. Istilah anak indigo (indigo child) ditemukan oleh Nancy Ann Tappe, konselor terkemuka di Amerika Serikat.
Pada pertengahan 1970-an, Nancy meneliti warna aura manusia dan memetakan artinya untuk menandai kepribadian. Tahun 1982, ia menulis buku Understanding Your Life Through Color.
Warna aura bisa dilihat dengan Foto Kirlian atau dengan alat generasi baru sejenis video aura. Warna nila menempati urutan keenam pada spektrum warna pelangi maupun pada deretan vertikal cakra (dari bawah ke atas), dalam bahasa Sansekerta disebut Cakra Ajna, yang terletak di dahi, di antara dua mata.
Anak indigo adalah anak-anak yang memiliki warna aura dominan nila dan fisiknya sama seperti anak lainnya. Anak indigo memiliki jiwa atau roh yang sudah tua (old soul), sehingga dalam keseharian tidak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa atau tua.
Anak-anak ini memiliki kesadaran yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang, mengenai siapa diri mereka dan tujuan hidup mereka. Sering kali anak indigo tidak mau diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada.
10 Ciri Anak Indigo
Jan Tobler dalam pengantar buku The Care and Feeding of Indigo
Children menyebut ciri-ciri anak indigo:
1. Mereka datang ke dunia dengan rasa ingin berbagi.
2. Mereka menghayati hak keberadaannya di dunia ini dan heran bila ada yang menolaknya.
3. Dirinya bukanlah yang utama, sering kali menyampaikan ‘siapa jati dirinya’ kepada orang tuanya.
4. Sulit menerima otoritas mutlak tanpa alasan.
5. Tidak mau/sulit menunggu giliran.
6. Mereka kecewa bila menghadapi ritual dan hal-hal yang tidak memerlukan pemikiran yang kreatif.
7. Sering kali menemukan cara-cara yang lebih tepat, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga menimbulkan kesan “nonkonformistis” terhadap sistem yang berlaku.
8. Tampak seperti antisosial atau terasing, kecuali di lingkungannya. Sekolah sering kali menjadi amat sulit untuk mereka bersosialisasi.
9. Tidak berespons terhadap aturan-aturan kaku (misalnya “tunggu sampai ayahmu pulang”).
10. Tidak malu untuk meminta apa yang dibutuhkannya.
5 Orang Yang Mengomentari Ini:
Mohon Bantuan Dalam Dalam Bimbingan Di grup Kami Pak
untuk Fan Pagenya.
http://www.facebook.com/IndigoIndonesiaSchool
untuk Grupnya Kami Menggunakan Prifasi Rahasia.
http://www.facebook.com/groups/studentindigo/
hmm..
kunjungi www.sentragading.com sentra komunitas dan direktori bisnis di kelapa gading atau kunjungi wwww.sentragading.com/forum forum warga, pengunjung dan pelaku usaha di kelapa gading www.sentragading.com/jualbeli pasang iklan gratis di media komunitas kelapa gading
salam sukes selalu
treedhe
ok mas... segera meluncuuuuurr
hehehehehe
mas, untuk sekolah i indigo ada nomer yang bisa dihubungi ga?
Posting Komentar